HAMPA
kepada Sri yang selalu sangsi
Sepi di luar, sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tidak bergerak
Sampai ke puncak
Sepi memagut
Tak suatu kuasa-berani melepas diri
Segala menanti. Menanti-menanti.
Sepi.
Dan ini menanti penghabisan mencekik
Memberat-mencengkung punda
Udara bertuba
Rontok-gugur segala. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti
Maret 1943
Sepi di luar, sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tidak bergerak
Sampai ke puncak
Sepi memagut
Tak suatu kuasa-berani melepas diri
Segala menanti. Menanti-menanti.
Sepi.
Dan ini menanti penghabisan mencekik
Memberat-mencengkung punda
Udara bertuba
Rontok-gugur segala. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti
Maret 1943
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru
dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau
datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa
berlaku beku
1949menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru
dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau
datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa
berlaku beku
Puisi Oleh: Chairil Anwar
Tanah Bahagia ~ Sanusi Pane
Bawa daku ke negara sana, tempat bah’gia,
Ketanah yang subur, dipanasi kasih cinta.
Dilangiti biru yang suci, harapan cinta,
Dikelilingi pegunungan damai mulia.
Bawa daku kebenua termenung berangan,
Ke tanah tasik kesucian memerak silau,
Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau,
Dibujuk angin membisikkan kenang-kenangan
Ingin jiwa pergi ke sana tidak terkata:
Hatiku dibelah sengsara setiap hari,
Keluh kesah tidak berhenti sebentar jua.
O tanah bah’gia, bersinar emas permata,
Dalam duka cita engkau mematahari,
Pabila gerang tiba waktu bersua?
Puisi Oleh: Sanusi Pane
Ketanah yang subur, dipanasi kasih cinta.
Dilangiti biru yang suci, harapan cinta,
Dikelilingi pegunungan damai mulia.
Bawa daku kebenua termenung berangan,
Ke tanah tasik kesucian memerak silau,
Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau,
Dibujuk angin membisikkan kenang-kenangan
Ingin jiwa pergi ke sana tidak terkata:
Hatiku dibelah sengsara setiap hari,
Keluh kesah tidak berhenti sebentar jua.
O tanah bah’gia, bersinar emas permata,
Dalam duka cita engkau mematahari,
Pabila gerang tiba waktu bersua?
Puisi Oleh: Sanusi Pane
Tidak ada komentar:
Posting Komentar